Sabtu, 13 November 2010

TEMANKU MUNAFIK (cerpen)

        Dulu semua indah "teman", terukir nama mu di handphoneku, di facebookku, bahkan di hatiku. jalan yg kita lalui selalu sama. aku telah menganggapmu sebagai sahabat. panas, dingin, terang, gelap dunia ini kita lalui bersama.

       Tidak terasa sudah berhari - hari, berbulan - bulan, bahkan bertahun - tahun kita jalan bersama seperti liontin yang direkatkan oleh magnet yang tidak dapat meskipun di tarik dengan tangan orang lain.

       Tetapi semua itu pun sirna, langit menjadi kelabu, awan menutupi matahari, hujan turun, petir menyambar seolah semua keadaan yang sama seperti hatiku yang teriris, terluka karena sahabatku sendiri mampu membohongiku, menaruh rasa benci kepadaku. Dlu ku nilai engkau dengan hati yang murni dengan rasa persahabatan yang manis. Tetapi sekarang penilaianku terhadapmu sangat buruk, buruk sekali sejahat hatimu yang menghancurkan saraf otak ku dan hati kecilku. Sudah sejak lama teman - temanku yang lain mengingatkan bahwa dirimu seorang pembohong, penghianat, pendusta tetapi seolah diriku telah terhipnotis dirimu yang selalu mengatakan "kita sahabat, sehidup semati". Tidak akan ada lagi hubungan yang menghubungkanmu dan diriku. Tidak akan pernah bahkan sekalipun engakau memohon maaf dengan hati penyesalan. Aku tidak akan terhipnotis untuk kedua kalinya.

     Sejak saat itu pun dia seolah menyendiri, menjauh dri diriku. Entah, entah kemana dia pergi. Menghindar, menangis dengan semua penyesalan yang ia lakukan terhadap diriku. Mungkin dia hanya bisa tertawa dahulu, tetapi sekarang dia hanya bisa mengucap kalimat pendek "maaf" dengan air mata yang menetes, setetes demi setetes membasahi pipi dan dia mengelap dengan tisu yang basah karena air mata "MUNAFIK" tersebut. Maafkan ku "teman" aku tidak bisa menerima permintaan maafmu itu, karena aku telah menggapmu sebagai "teman munafik"





2 komentar:

  1. Jika itu pengalaman nyata. Santaiu aja saya juga ngalamin seperti itu, dan saat ini saya juga ngrasain

    BalasHapus